KOMPONEN ABIOTIK PADA SUNGAI WEBI DI KAMPUNG MARAU
Abstract
Sungai webi adalah sungai yang terletak di pinggiran kampung webi dan marau distrik yapen barat, kabupaten kepulauan yapen, Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknit observasi atau pengamatan langsung di lapangan. Dari hasil penelitian Terdapat berbagai komponen abioik pada sungai tersebut. Yaitu ; berupa air, bebatuan, tanah, pasir, daun-daun, kayu, cahaya matahari dll. Di sungai webi juga terdapat banyak sampah yang dibuang oleh masyarakat sehingga mencemari sungai tersebut. Berdasarkan hasil penelitian, air di Sungai webi di simpulkan bahwa komponen abiotik yang ada pada sungai harus di jaga dan kita sebagai makluk ciptaan tuhan yang termulia sama seperti sungai di ciptakan beserta isinya maka kita harus menjaga jangan membuang sampah dengan sembarangan agar sungai webi akan terjaga dan memberi sumber air yang baik buat kehidupan kita.
References
Standard Methods For The Examination od Waters and Wastewater. Washington, D.C: Water Pollution Control Federation. Boyd, C. E. (1990).
Rahanra, R. M., & Samber, L. (2022). Upaya Peningkatan Tanaman Buah Merah Papua (Pandanus conoideus) Dengan Berbagai Perlakuan Pupuk Organik Cair dan Pupuk Kompos di Kampung Mariadei. BIO-EDU: Jurnal Pendidikan Biologi, 7(1), 9-24.
Fardiaz, S. (1992). Polusi Air dan Udara. Yogyakarta: Penerbit Kasinius.
Haslam, S. M. (1995). River Pollution and Ecological Perspective. Chichester, UK: John Wiley and Sons. Kocer, M. T., & Sevgili, H. (2014). (Effendi, 2003).
Arifin, Z., Irawan, B., & Manik, H. M. (2017). Keragaman jenis dan kepadatan lamun (Enhalus acoroides, Halophila ovalis, Thalassia hemprichii) di perairan sekitar Pulau Natuna Besar. Journal of Marine and Aquatic Sciences, 2(2), 156-165.
Budiarsa, A. A. N., Prayitno, S. B., & Sabdono, A. (2019). Keanekaragaman jenis lamun dan pengaruhnya terhadap kondisi fisik-kimia perairan di pantai Senggigi, Lombok Barat. Jurnal Ilmu Kelautan, 24(1), 27-38.
Hartati, S., & Fadli, N. (2019). Distribusi jenis dan kepadatan lamun di perairan Kecamatan Kepulauan Talaud, Kabupaten Kepulauan Talaud. Buletin Oseanografi Marina, 8(1), 1-7.
Hill, J., Wilkinson, C., & Edgar, G. (2004). A framework for ecological risk assessment in the marine environment. Australasian Journal of Ecotoxicology, 10(1), 33-40.
Kennedy, H., Beggins, J., Duarte, C. M., Fourqurean, J. W., Holmer, M., Marbà, N., ... & Middelburg, J. J. (2010). Seagrass sediments as a global carbon sink: isotopic constraints. Global Biogeochemical Cycles, 24(4), GB4026.
Short, F. T., & Coles, R. G. (2001). Global seagrass research methods. Elsevier.
Short, F. T., & Wyllie-Echeverria, S. (1996). Natural and human-induced disturbance of seagrasses. Environmental Conservation, 23(1), 17-27.
Unsworth, R. K., & Cullen-Unsworth, L. C. (2013). Seagrass meadows, ecosystem services, and sustainability. In Ecosystem services in agricultural and urban landscapes (pp. 83-110). Wiley-Blackwell.
Wardiatno, Y., & Widodo, P. (2018). Faktor lingkungan abiotik dan kepadatan lamun pada perairan Kepulauan Seribu, Jakarta. Jurnal Ilmu Kelautan, 23(2), 75-84.